KEPEMIMPINAN
DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Studi
Kasus: Jokowi Harus Berani mengambil Kebijakan Untuk Menaikan Harga Rokok
Oleh: Wesih Malia
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita
dihadapkan pada persoalan yang kompleks mulai
dari persoalan yang mudah untuk dipecahkan bahkan ada persoalan yang
menuntut kita berpikir keras. Tentu saja dalam menghadapi setiap persoalan
dibutuhkan pemikiran yang jernih sehingga resiko yang diambil pun tidak terlalu
besar. Apalagi di dalam suatu organisasi persoalan-persoalan itu pasti akan
muncul.
Dalam sebuah organisasi selalu terjadi
interaksi dari beberapa orang secara intensif. Di mana interaksi dilakukan itu
semata-mata untuk pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Dinamika
organisasi maupun perusahaan bersifat dinamis. Sehingga karyawan dituntut
memiliki kompetensi yang tinggi untuk menghadapi persaingan. Bukan hanya
masalah kompetensi SDM yang harus diperhatikan tetapi teknologi yang digunakan,
bahan baku, metode kerja, dan lain-lain. Semua itu perlu di arahkan, di atur,
serta dikembangkan untuk pencapaian tujuan. Tentu hal tersebut menjadi sebuah
pertimbangan organisasi/perusahaan yang sering kita sebut sebagai manajemen.
Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership).
Menurut
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) dalam (Saefullah, 2010, hal. 255) , mendefinisikan
bahwa kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task
related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam
mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang
harus dilakukan. Sedangkan menurut Griffin
dalam (Saefullah, 2010, hal. 255) , membagi
pengertian kepemimpinan menjadi 2 konsep, yaitu sebagai proses dan sebagai
atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh
para pemimpin menggunakan pengaruhnya dalam memperjelas tujuan organisasi bagi
para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya. Dari sisi atribut, kepemimpinan
adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Berbeda
dengan Bush dalam (Usman, 2009, hal. 281) menyatakan bahwa
yang dimaksud kepemimpinan ialah memengaruhi tindakan orang lain untuk mencapai
tujuan akhir yang diharapkan. Definisi ini mengandung pengertian yaitu (1)
memengaruhi, (2) tindakan orang lain, (3) tujuan akhir.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yaitu suatu proses/kegiatan mengarahkan
dan memengaruhi orang lain agar bertindak sesuai yang diharapkan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan orang yang menjalankan kegiatan
kepemimpinan melalui penerapan ilmu manajemen untuk mencapai tujuan bersama itu disebut pemimpin. Tentu untuk
menjadi seorang pemimpin seseorang itu harus mempunyai kekuasaan. Karena dengan
kekuasaan barulah akan dapat memengaruhi orang lain.
Di dalam suatu organisasi/perusahaan ada
yang namanya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan. Disinilah
peran pemimpin dalam melakukan kegiatan kepemimpinannya yaitu pengambilan
keputusan. Kepemimpinan merupakan fungsi dari keefektifan operasional pada
pengambilan keputusan di satu organisasi atau administrasi. Pengambilan
keputusan adalah pusat dari kegiatan organisasi. Menurut Sabri (2013)
pengambilan keputusan adalah memilih dan menetapkan satu alternatif yang
dianggap paling tepat dari beberapa alternatif yang dirumuskan. Keputusan itu
harus bersifat fleksibel, analitis dan mungkin untuk dilaksanakan dengan
dorongan sarana prasarana dan sumber daya yang tersedia (berupa manusia dan
material). Sedangkan menurut Koontz (1998, hal. 13) mengatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan seleksi berbagai alternatif tindakan yang akan
ditempuh merupakan inti perencanaan. Sejalan dengan pendapat tersebut William
(1992, hal. 113) mendefinisikan bahwa pengambilan keputusan sebagai seleksi
berbagai alternatif kegiatan yang diusulkan untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan memilih satu
alternatif yang dianggap paling tepat dari berbagai alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan mempunyai arti
penting bagi maju atau mundurnya suatu organisasi. Pengambilan keputusan yang
tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi ke arah yang lebih
baik, namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk
pada roda organisasi dan administrasinya.
Proses pengambilan keputusan adalah
suatu usaha atau kegiatan yang rasional untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Berikut ini urutan-urutan dalam proses pengambilan keputusan
menurut Sutisna (1993, hal. 153) yaitu:
1.
Penentuan masalah
2.
Analisa situasi yang ada
3.
Pengembangan alternatif-alternatif
4.
Analisa alternatif-alternatif
5.
Pilihan alternatif yang paling baik
Pendapat di atas, menegaskan bahwa
sebenarnya proses pengambilan keputusan merupkan proses memilih alternatif yang
terbaik dalam pemecahan suatu masalah. Memang cara ini memerlukan waktu yang
banyak, tetapi kemungkinan terjadi kesalahannya kecil.
Sedangkan menurut Herbart A. Simon
(dalam Asnawir, 2006, hal. 215),
setidaknya ada tiga tahap yang ditempuh dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Tahap penyelidikan, tahap ini dilakukan dengan
mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan. Pada tahap ini
data mentah yang diperoleh, diolah dan diuji serta dijadikan petunjuk untuk
mengetahui atau mengenal persoalan.
2.
Tahap perancangan, pada tahap ini
dilakukan pendaftaran, pengembangan, penganalisaan arah tindakan yang mungkin
dilakukan dan
3.
Tahap pemilihan, pada tahap ini dilakukan kegiatan pemilihan
arah tindakan dari semua yang ada.
Seorang pemimpin yang mempunyai
jabatan tertinggi di dalam suatu
organisasi/perusahaan, dalam melakukan proses pengambilan keputusan haruslah
menyesuaikan dari permasalahan yang akan dipecahkan.
Jadi, dalam penggunaan gaya pengambilan
keputusan tersebut seorang pemimpin dapat melakukan proses pengambilan
keputusan berdasarkan masalah yang sedang terjadi.
Dalam pengambilan keputusan tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan bisa saja hal-hal yang tak diinginkan terjadi. Berikut ini
faktor-faktor yang dapat memengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan yaitu:
(1) sistem nilai yang berlaku dalam hubungan antara individu dan masyarakat,
(2) persepsi atau pandangan seseorang terhadap suatu masalah. Persepsi ini juga
dipengaruhi oleh sistem nilai yang berlaku dan pengalaman yang dimiliki/dialami,
(3) keterbatasan manusiawi antara lain ketidakmampuan mengumpulkan informasi
secara langsung, (4) perilaku politik, kekuasaan dan kekuatan yang terjadi.
Banyak keputusan yang diambil tidak maksimal, tetapi hanya merumuskan perilaku
politik tertentu, (5) keterbatasan waktu, kesibukan waktu, mengakibatkan informasi-informasi
yang diperoleh sangat terbatas pula untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
dan (6) gaya kepemimpinan yang dimiliki seseorang juga akan mewarnai corak
keputusan yang diambil. (Asnawir, 2006, hal. 221-222).
Dari pembahasan tersebut di atas kita
kaitkan dengan realita yang sedang hangat menjadi bahan perbincangan yang
menuai pro dan contra di berbagai kalangan yaitu mengenai kepemimpinan dan
pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh bapak presiden RI yaitu bapak
Joko Widodo atau sering disebut bapak Jokowi terkait kebijakan dinaikannya harga rokok menjadi 2
kali lipat atau sekitar 50 ribu per bungkus.
Dari kasus tersebut, jelas menimbulkan beberapa kritikan dari berbagai
kalangan.
Kabar harga rokok yang mahal ini berawal
dari berita event 3rd Indonesia Health Economics Association (InaHEA) Congres
di Yogyakarta, Kamis (28/7/2016). Berita Kompas.com berjudul Bagaimana jika
Harga Sebungkus Rokok Lebih dari Rp. 50.000?
menjadi bahan rujukan blogger atau penulis di situs-situs yang
melebih-lebihkan berita tersebut dari aslinya. Berita tersebut menyebar seolah-olah
seperti kendaraan yang melaju dengan kecepatan 150 km per jam. Betapa cepat
berita tersebut tersebar dan menuaikan pro dan kontra di berbagai kalangan. Media
sosial seperti Facebook, WhatsApp, Messenger, dan lain-lain yang secara
berantai menyebarkan informasi dan berita yang kadang dilebih-lebihkan oleh
oknum tertentu dari berita aslinya. Padahal berita tersebut belum diumumkan
secara resmi oleh bapak presiden kita karena faktanya, keputusan ini belum ada
bahkan Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany sebagai sumber berita pada
kompas.com baru akan membahas hal ini dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani bulan
depan. Ujar Rimawan (www. tribunnews.com).
Jokowi sebagai pemimpin negeri justru
harus memikirkan matang-matang masalah tersebut. Dampak negatif dan positif
yang akan muncul jika secara resmi harga rokok jadi dinaikkan. Apakah lebih
banyak dampak positinya atau malah lebih cenderung menimbulkan dampak negatif. Peran
Jokowi di sinii sangat menentukan bagi kelangsungan negeri ini. Jika dikaitkan
dari teori kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Langkah yang harus dilakukan
oleh bapak Jokowi sebagai pemimpin negeri yaitu menganalisis masalah dan
mengidentifikasi masalah serta dampak yang akan ditimbulkan. Mengkaji secara
keseluruhan tidak hanya pada satu aspek saja. Setelah itu cari aternatif-alternatif yang
memungkinkan untuk mengatasi hal tersebut. Kemudian, mengkaji alternatif-alternatif tersebut dan
pengambilan alternatif terbaik untuk membuat suatu keputusan dan kebijakan yang
tidak menimbulkan perseteruan dari berbagai pihak serta tidak merugikan banyak
pihak. Gaya kememimpinan dalam proses pengambilan keputusan seperti yang
dikatakan oleh Thoha (2012, hal. 320) terdapat empat gaya kepemimpinan dalam
pengambilan keputusan yaitu:
1.
Gaya instruksi
2.
Gaya konsultasi
3.
Gaya partisipasi
4.
Gaya delegasi
Bisa saja dalam situasi yang terjadi,
bapak jokowi menggunakan gaya konsultasi dan partisipasi. Karena bagaimanapun
bapak Jokowi tidak bisa melakukan keputusan sendiri tanpa melihat sudut pandang lain. Karena masalah
tersebut sangat penting untuk dipecahkan. Bapak Jokowi harus mengkaji masalah
tersebut dengan berbagai pihak yang ahli pada bidangnya sehingga resiko dari
kebijakan yang diambil bisa diminalisir.
Simpulan dari pembahasan tersebut di atas,
bahwa kepemimpinan seseorang dalam suatu
organisasi/perusahaan sangat penting peranannya dalam proses pengambilan
keputusan. Karena dalam proses pengambilan keputusan akan sangat menentukan
maju tidaknya urusan organisasi/perusahaan. Sehingga disinilah peran pemimpin
dalam mengambil keputusan dan menentukan kebijakan serta tanggung jawabnya
dalam organisasi/perusahaan.
Referensi:
Asnawir. (2006). Manajemen
Pendidikan. Padang: IAIN IB Press.
Koontz. (1998). Manajemen, Ter. Tim Dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Oteng, S. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoretis untuk Praktek
Profesional. Bandung: Angkasa.
Rimawan, R. (2016, Agustus 20). Beredar di Grup Messenger, Ini Daftar
Harga Rokok per September 2016, Mengerikan! Retrieved Agustus 21, 2016,
from http://m.tribunnews.com/lifestyle/2016/08/20/beredar-di-grup-messenger-ini-daftar-harga-rokok-per-september-2016-mengerikan:
www.tribunnews.com
Sabri, A. (2013). Kebijakan dan Pengambilan Keputusan dalam Lembaga
Pendidikan Islam. Jurnal Al-Ta'lim, Jilid 1 , 373-379.
Saefullah, E. T. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada
Media Group.
Thoha, M. (2012). Kepemimpinan dalam Manajemen . Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Usman, H. (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi
3. Jakarta: Bumi Aksara.
Wanrich, W. J. (1992). Leadership in administration, of Vocational and
Tehnical Education. Ohio: Charles, E. Merril Publishing Company A Bell
& Howell Company.