KAJIAN AYAT
QS.
AL-ASHR AYAT 1-3
Makalah
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas
Tutorial SPAI
Oleh:
Ani Yulianti
Migi Kurniawati
Rani Nurwahyuni
Wesih Malia
(1404674)
JURUSAN PENDIDIKAN MANAJEMEN
PERKANTORAN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan
anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Kajian Ayat Surat Al-Ashr ayat
1-3.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan di masa akan datang.
Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan penulis selaku penyusun dan
bagi pembaca penulis minta maaf jika terjadi kesalahan. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.
Bandung, 15
April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3
Tujuan Penelitian....................................................................................... 2
1.4
Manfaat Penelitian..................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Makna Surat Al-Ashr.................................................................................
2.2
Tafsir dan Penjelasan QS. Al-Ashr Ayat
1-3...............................................
2.3
Asbabun Nuzul QS. Al-Ashr Ayat 1-3........................................................
BAB
III PENUTUP
3.1
Simpulan.....................................................................................................
3.2
Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur'an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai bukti akan kebenaran diutusnya beliau sebagai Rasul.
Al-Qur'an yang diturunkan kepada nabi Muhammad tersebut untuk disampaikan
kepada umat manusia agar dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk, Untuk dapat
memahami Al-Qur'an dengan benar sebagai pedoman dan petunjuk tidak hanya cukup
dengan memiliki disiplin ilmu yang terkait dengan al-Qur'an. Tetapi membutuhkan
suatu metode atau pendekatan yang tepat agar bisa sampai kepada pemahaman yang
mengarah kepada sesuatu yang seharusnya di kehendaki oleh Allah, meskipun tidak
ada yang bisa memastikan apa yang didapatkannya merupakan pemahaman yang paling
tepat sesuai yang di kehendak oleh Allah SWT.
Kali
ini
penulis akan mengulas
tafsir surat Al Ashr. Surat ini merupakan surat yang sangat pendek, mesikpun
bukan yang terpendek dalam Al-Qur'an. Karena sebagaimana sudah maklum, bahwa
yang terpendek adalah surat Al-Kautsar. Surat Al-Ashr, meskipun pendek, akan
tetapi sangat dalam makna yang terkandung di dalamnya. Hal-hal yang terkandung
di dalamnya sangat komplek. Kekomplekkan tersebut menyangkut kebahagiaan,
kesengsaraan, serta kesuksesan dan kegagalan manusia hidup di dunia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang
terdapat di dalam penulisan ini antara lain
1.
Apa yang terkandung dalam surat Al-Asr ayat 1-3?
2.
Bagaiman cara manusia bisa terbebas dari kerugian?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penullisan
makalah ini adalah sebagai berikut
1.
Untuk mengetahui yang terkandung dalam surat Al-Asr
ayat 1-3
2.
Agar tahu bagaimana cara manusia bisa terbebas dari
kerugian
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan
makalah ini antara lain
1.
Untuk menambah wawasan tentang tafsir QS. Al-Ashr
2.
Untuk memberikan pamahaman tentang QS. Al-Ashr
BAB II
PEMBAHSAN
2.1 Makna Surat Al-Ashar
•لصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ صَوْا وَتَوَا الصَّالِحَاتِ وَعَمِلُوا ءَامَنُوا الَّذِينَ إِلاَّ •خُسْرٍ لَفِي الإِنسَانَ إِنَّ •وَالْعَصْرِ
"Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati
kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al Ashr).
Surat Al Ashr merupakan sebuah surat
dalam Al Quran yang banyak dihafal oleh kaum muslimin karena pendek dan mudah
dihafal. Namun sayangnya, sangat sedikit di antara kaum muslimin yang dapat
memahaminya. Padahal, meskipun surat ini pendek, akan tetapi memiliki kandungan
makna yang sangat dalam. Sampai-sampai Imam Asy Syafii rahimahullah berkata,
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسَعَتْهُمْ
"Seandainya
setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk
mereka." [Tafsir Ibnu Katsir
8/499].
Syaikh
Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah berkata, "Maksud perkataan
Imam Syafi’i adalah surat ini telah cukup bagi
manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman,
beramal sholih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau
tidak bermaksud bahwa manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan
seluruh syariat. Karena seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca
surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian
dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini,
yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran
(berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar" [Syarh Tsalatsatul
Ushul].
2.2 Tafsir dan Penjelasan Surat Al-Ashr
Pada ayat 1, Allah swt. Bersumpah dengan
menyebut masa. Masa berarti waktu yang
dilalui manusia, maksud ayat pertama surat ini
adalah agar Rasulullah dan orang-orang yang
beriman memperhatikan waktu dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Pada ayat 2, menjelaskan bahwa
kebanyakan manusia dalam keadaan merugi.
Kerugian yang dialami manusia ialah
bahwa kesempatan di dunia tidak digunakan sebaik-baiknya.
Pada ayat 3 menjelaskan tentang cara
yang harus ditempuh agar manusia tidak termasuk orang
yang rugi. Pada ayat ini ada empat syarat
agar orang tidak merugi, yaitu beriman dan beramal saleh,
saling menasihati tentang kebenaran, dan saling menasihati tentang
kesabaran.
Pertama, orang-orang yang beriman
Syaikh Abu Bakar al-Jazairi dalam tafsirnya berkata: “Orang-orang yang
beriman dikecualikan Allah dari kerugian. Mereka menjadi orang-orang yang
beruntung dan tidak tergolong orang-orang yang merugi. Yang dimaksud beriman di
sini adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta beriman kepada apa yang
didatangkan kepada Rasulullah berupa petunjuk dan agama yang haq (Islam)
Allah Swt.
bersumpah masa itu mengandung banyak pristiwa dan contoh yang
menunjukkan kekuasaan-Nya, disamping menunjukkan betapa bijaksananya Allah. Coba
lihat, apa yang terkandung dalam masa itu. Misalnya, bergantinya antara siang
dan malam, yang keduanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah Hal ini seperti
dalam firman Allah :
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.” (Q.S. Fussilat : 37)
Dan lihatlah
apa yang terjadi di dalamnya: bahagia, sengsara, sehat dan sakit, kaya, miskin,
santai, capek, susah, bergembira dan lain sebagai-nya. Semua itu menunjukkan
kepada orang-orang yang berakal waras, bahwa alam semesta ini ada yang
menciptakan dan mengaturnya. Seharus-nya, Allah -lah yang disembah dan diminta,
sehingga dapat menghilang-kan segala bentuk kesusahan dan menarik kebaikan.
Tetapi, kaum kafir mengaitkan bencana dan berbagai peristiwa kepada masa.
Mereka mengatakan, "Bencana ini bersumber dari masa, atau masa itu adalah
masa paceklik.
Kemudian
Allah mengajarkan kepada mereka bahwa masa itu adalah salah satu di antara
makhluk Allah. Masa itu merupakan wadah yang di dalamnya terjadi berbagai
peristiwa baik atau buruk. Jika seseorang tertimpa musibah, maka semua itu
karena perbuatannya sendiri, dan masa (zaman) tidak ikut bertanggung jawab.
Kedua,
orang yang beramal sholeh
sesungguhnya
manusia itu adalah merugi dalam amal perbuatannya, kecuali orang-orang yang
Allah kecualikan. Perbuatan manusia itu merupakan sumber kesengsaraannya
sendiri. Jadi, sebagai sumbernya bukanlah masa atau tempat. la sendirilah yang
menjerumuskan dirinya ke dalam kehancuran. Dosa seseorang terhadap Yang Maha
Menciptakan dan Yang Maha Menganugerahi kenikmatan dan dapat dirasakan olehnya,
adalah perbuatan yang paling berdosa. Hal inilah yang menyebabkan hancurnya
diri sendiri. Yakinlah dengan i'tikad yang benar. Bahwa alam semesta
ini hanya memiliki satu Tuhan Yang Maha Menciptakan dan yang memberikan rida
kepada orang yang taat, dan murka kepada orang-orang yang berbuat maksiat. Dan
yakinlah bahwa di antara keutamaan dan keburukan itu sangat berbeda. Dengan
demikian, perbedaan ini dapat dijadikan sebagai pen-dorong untak beramal baik
atau kebajikan. Jadi, setiap orang itu haruslah bisa bermanfaat untuk dirinya
dan orang lain, atau kebaikan seseorang hendaknya dapat dirasakan oleh orang
lain. Kesimpulannya, bahwa perbuatan mereka itu membuang hal-hal yang bersifat
sementara, dan lebih memilih hal-hal yang bersifat abadi. Alangkah beruntungnya
mereka dalam transaksi ini, dan betapa baiknya perilaku mereka.
Ketiga, saling menasehati supaya mentaati kebenaran
Mereka
saling berwasiat antar sesama agar berpegang pada kebenaran yang tak diragukan
lagi, dan kebaikan-kebaikan itu tidak akan lenyap bekas-bekasnya, baik di dunia
maupun di akhirat. Hal yang baik ini tersimpulkan di dalam iman kepada Allah,
mengikuti ajaran-ajaran Kitab-Nya dan mengikuti petunjuk-petunjuk Rasulullah
dalam seluruh tindakan, baik mengenai perjanjian atau perbuatan dan lain
sebagainya.
Keempat,
saling
menasehati untuk menetapi kesabaran
Saling mewasiatkan antar sesama kepada kesabaran dan dan menekankan diri
untuk tidak berbuat maksiat, yang biasanya disenangi oleh manusia yang
nalurinya senang terhadap hal-hal seperti ini. Di samping itu, sabar dalam taat
kepada Allah, yang biasanya sangat berat dilaksanakan oleh umat manusia Juga
bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya.
Semuanya itu diterima dengan rela hati, lahir dan batin. Di dalam rangka
menyelamatkan diri dari kerugian ini, maka umat manusia harus mengetahui kebenaran,
kemudian mengikatkan dirinya dengan kebenaran tersebut, di samping memantapkan
di dalam hati
Pada surah
sebelumnya, Allah menjelaskan tentang keadaan orang-orang yang hanya gemar
menyombongkan diri dengan memperbanyak harta dan hal-hal lain yang dapat
melupakan taat kepada Allah. Di dalam surah ini, Allah menjelaskan bahwa manusia
itu selalu cenderung kepada kerusakan dan membawa dirinya dalam kehancuran.
Kecuali orang-orang mendapat pemeliharaan Allah, dan jiwanya dibersihkan dari
kecenderungan-kecenderungan yang merusak. Jadi, seakan-akan isi surah ini
merupakan sebab dari isi surah sebelumnya. Hanya saja, di dalam surah
sebelumnya dijelaskan tentang sifat-sifat orang yang senantiasa mengikuti hawa
nafsunya dan mengikuti setan, sehingga dirinya berada dalam kehancuran. Di
dalam surah ini dijelaskan tentang orang yang mempercantik dirinya dengan
perwatakan yang baik. Karenanya, ia beriman kepada Allah dan beramal saleh, di
samping saling memberi wasiat agar berpegang teguh kepada kebenaran dan sabar
dalam menghadapi tantangan-tantangan.
Dalam
menggunakan waktu ada dua yaitu:
1. Mengisi
Waktu
Al-Qur’an
memerintahkan ummatnya untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bahkan dituntut
manusia untuk mengisi waktu ashr (Waktu) nya dengan berbagai amal dengan
mempergunakan semua daya yang dimilikinya.
Dari sini
ditemukan bahwa Al-Qur’an mengecam secara tegas orang yang mengisi waktunya
dengan bermain tanpa tujuan tertentu misalnya kanak-kanak. Atau melengahkan
sesuatu yang lebih penting seperti sebagian remaja sekedar mengisi waktunya
untuk berhias, atau menumpuk harta benda dan memperbanyak anak dengan tujuan
berbangga seperti halnya banyak dilakukan orang tua.
Kerja atau
amal dalam bahasa Al-Qur’an sering kali dikemukakan dalam bentuk indefinitif
(Nakiroh) bentuk ini oleh pakar bahasa dipahami sebagai memberi makna umum
sehingga amalan yang dimaksud mencakup segalam macam jenis kerja
perhatikan mislanya Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 195
“Aku (Allah)
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik
laki-laki atau perempuan.”
Bahkan
Al-Qur’an tidak hanya memerintahkan asal bekerja sama, tapi bekerja dengan
sungguh-sungguh sepenuh hati. Al-Qur’an tidak memberi peluang kepada seseorang
yang tidak melakukan suatu aktifitas kerja sepanjang saat yang dialaminya dalam
kehidupan dunia ini. Surat Al-Ash dan dua ayat terakhir dari surat Alam Nasrah
menguraikan secara gamblang mengenai tuntunan diatas.
2. Menyia-nyiakan
waktu
Jika anda
bertanya apakah akibat yang akan terjadi jika kita menyia-nyiakan waktu? salah
satu jawaban yang paling gamblang adalah ayat pertama dan kedua surat Al-Ashr.
Allah memulai surat ini dengan bersumpah Wal Ashr (Demi Masa) untuk membantah
anggapan sebagian orang yang mempersalahkan waktu dalam kegagalan mereka, tidak
ada sesuatu yang dinamai masa sial atau masa mujur karena yang berpengaruh
adalah kebaikan dan keburukan usaha seseorang dan Allah juga bersumpah dengan
ashr yang arti harfiyahnya adalah memeras sesuatu sehingga ditemukan hal yang
paling tersembunyi padanya untuk menyatakan bahwa Demi masa saat manusia
mencapai hasil setelah memeras tenaganya, sesungguhnya ia merugi apapun hasil
yang dicapainya itu kecuali jika ia beriman dan beramal sholeh.
Kerugian
tersebut baru disadari setelah berlalunya masa yang berkepanjangan yakni paling
tidak akan disadari pada waktu ashr kehidupan menjelang hayat terbenam.
¨Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian,”
Masa adalah
modal utama manusia. Apabila tidak diisi dengan kegitan, waktu akan
berlalu begitu saja ketika waktu berlalu begitu saja. Jangankan keuntungan
diperoleh modalpun telah hilang. Sayyidina Ali Bin Abi Thalib ra pernah berkata
: “ Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih bisa diharapkan perolehannya
lebih banyak dihari esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin
kembali esok.”
2.3 Asbabun Nuzul QS. Al-Ashr ayat 1-3
Surat Al-Ashr
termasuk Surat Makkiyah diturunkan sesudah Surat Alam Nasyrah. Menurut Muhammad
Abduh, Asbabun Nuzul Surat Al-Ashr ini adalah berkaitan dengan
kebiasaan masyarakat Arab yang apabila sore hari duduk bercakap-cakap
membicarakan tentang berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pula yang
bermegah-megahan asal usul nenek moyang mereka, kedudukan, serta harta
kekayaan. Akibat pembicaraan yang tidak jelas arahnya ini,
sering terjadi pertikaian dan permusuhan.
Oleh karena itu,
sebagian mereka ada yang mengutuk waktu asar, menganggap waktu asar adalah
waktu yang celaka, waktu yang naas, banyak bahaya yang terjadi pada waktu asar.
Dari kejadian ini Allah menurunkan Surat Al-Ashr, yang menjelaskan tentang
kerugian manusia yang menyia-nyiakan waktu ashar.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Surat Al-Asr ayat 1-3 menerangkan
tentang “Memanfaatkan Waktu dengan empat pokok kegiatan terbebas dari kerugian”
Cara manusia agar terbebas dari
kerugian yaitu :
·
Beriman
·
Beramal Sholeh
·
Saling Berwasiat pada kebenaran
·
Saling berwasiat pada kesabaran
3.2
Saran
Tulisan ini dimaksudkan
sekedar ikut memberikan sumbangan kecil dalam rangka menjelaskan
bagaimana memanfaatkan waktu yang mengacu pada surat Al-Asr ayat 1-3. Akhirnya mengingat bahwa segala
sesuatu tidak ada yang sempurna, maka jika para pembaca ada yang menjumpai kekeliruan
pada penulisan ini, asupan pikiran dan saran dari para pembaca merupakan ilmu
bagi penulis. Harapan kami semoga pembaca puas dengan adanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an dan Terjemahannya