AKU MERINDUKAN MEREKA (Bapak dan Ummi)
Sebenarnya
hari ini aku tak ada kegiatan apapun diluar, mungkin hanya berdiam diri diruang
yang kurang lebih hanya berukuran 3x3 meter dengan ditemani sebuah laptop dari
bapak atas hadiah prestasiku kurang lebih 4 tahun silam. Tapi, meskipun aku
tidak beranjak kemana-kemana dari ruang ini, aku mendapatkan sebuah pelajaran
yang berharga dari sebuah film india yang berjudul “Baghban”. Sebuah film yang
menyadarkan aku arti pentingnya seorang ayah dan ibu. Bagaimana seharusnya anak
menghargai orang tua, memuliakannya, menjaganya, serta menghormatinya. Dari sebuah
film itu, aku teringat kedua orang tuaku yang kurang lebih 40 hari tak bertemu.
Rasa rindu yang menggebu tiba-tiba datang seolah-olah mereka memanggilku. Ingin
sekali rasanya aku memeluk mereka, tapi apalah daya. Hanya sebuah do’a yang
mengiringinya. Aku merindukan kedua orangtuaku. Ingin sekali rasanya bertemu
dengan mereka. Semoga Allah senantiasa melindungi mereka, mecurahkan kasih dan
sayangNya untuk mereka malaikatku di dunia ini.
Orang bilang
mengapa tidak pulang saja, kalau memang merindukan orang tua. Ucapan yang
sederhana namun, bagiku penuh pertimbangan. Bagaimana bisa aku pulang? Untuk bekal
hidup disini saja kekurangan bahkan hari-hari ini aku harus menghematnya karena
bekal ku sudah mulai mau habis. Dan untuk memintanya ke bapak aku perlu
berpikir dua kali. Mengapa? Karena aku tahu bapak sedang tidak punya uang, aku
tak ingin memaksanya untuk segera mendapatkan uang. Belum lagi bekal untuk
dikirim ke ummi dan adik-adikku. Cari pinjaman sana-sini, tak ada. Memang sedih,
tapi harus bagaimana lagi. Tapi aku sedikit tak khawatir karena aku punya Allah
yang selalu memberi jalan kepada hambanya jika hambanya berusaha. Aku selalu
meyakini itu!
Pak, mii,
maafkan aku yang selalu mengeluh disini, ditempat yang jauh ini. Selalu mengeluh
ketika kehabisan uang bekal, mengeluh ketika beasiswa belum cair, mengeluh
dengan mata kuliah yang sulit dipahami, mengeluh karena tak sama dengan
orang-orang yang ketika mereka meminta apapun itu selalu dikabulkan oleh
orangtuanya, mengeluh dengan keadaan yang selalu kekurangan, mengeluh dengan
beban ini, Maafkan aku, yang selalu iri
dengan mereka-mereka yang selalu mudah mendapatkan materi, menghabiskan uang
dan memintanya lagi dengan mudah, pergi main bersama teman-teman ke
tempat-tempat mahal, ketempat wisata, dan masih banyak lagi. Maafkan aku, yang
tak pernah bersyukur ini pak, mii. Maafkan aku yang tak pernah sadar bahwa aku
disini juga berkat bapak dan ummi meskipun ada beasiswa yang aku dapatkan tapi
tetap jasa bapak dan ummi pun sangat besar untuk aku bisa sampai ditempat ini
untuk menyelasikan studiku yang sudah setengah jalan ini.
Aku tahu
bahwa semua yang aku keluhkan ini belum seberapa dari bagian atas cobaan dan
beban hidup ini. Aku tak pernah menyadari kuatnya bapak dan ummii dalam
menjalani hidup sampai saat ini. Aku tak pernah mendengar rengekan dan keluhan
yang terlontar dari bibir bapak dan ummi. Padahal aku tahu keringat bapak dan
ummi lebih sakit dari apa yang aku rasakan. Tapi bapak dan ummi tak pernah
mengeluh itu.
Pak, mii,
disini aku belajar banyak hal. Belajar arti hidup dan kehidupan. Bertemu dengan
orang-orang yang baik, bertemu dengan orang-orang yang hebat, orang-orang luar
biasa yang selalu memotivasi aku, sampai-sampai aku juga bertemu dengan
orang-orang yang tak sepaham denganku. Ini sebenarnya yang selalu
menjengkelkanku. Tapi aku belajar banyak hal dari orang-orang itu, aku lebih
mengerti dan mampu memaknai hidup ini. Hidup yang tak hanya soal materi, tapi
soal ketenangan. Soal seberapa kuat kita bertahan atas benturan yang datang
silih berganti dalam kehidupan ini.
YaAllah
aku tak ingin mengecewakan kedua orangtuaku. Aku ingin mewujudkan keinginan dan
harapannya terhadapku. Aku ingin membuat mereka menangis karena bangga melihatku
mengenakan toga di hari itu. Menyelesaikan studiku dengan tepat waktu dan
melanjutkan kehidupan yang lebih baik setelah itu. Yang dapat menjadi tulang
punggung keluargaku. Mengantarkan adik-adikku menuju kesuksesannya. Aku ingin
bapak mengatakan “ini putriku, putri yang dibesarkan oleh seorang bapak yang
hanya sebagai kuli bangunan yang telah berhasil menyelesaikan studinya, bapak
bangga kepadamu nak” dengan penuh haru akan aku peluk bapak dengan eratnya. Dan
ummi adalah wanita yang tak pernah bosan mengucap namaku dalam setiap do’anya. Wanita
yang selalu menguatkan aku ketika aku mengeluh disini. Yang selalu mengajari
dan memotivasi diri ini untuk selalu semangat dan pantang menyerah dalam
menggapai mimpi.
Pak, mii,
aku ingin meminta ridho bapak dan ummi untuk aku disini yang sedang berjalan
menuju kesuksesanku. Yang selalu berusaha mewujudkan cita-cita bapak dan umii. Bantu
aku untuk tetap kuat dan sabar dalam menjalani hari-hariku disini. Semoga semangatku
tak pernah berhenti sampai disini. Semoga aku selalu istiqomah dengan tujuanku.
Sehat terus yah pak, mii. Tunggu aku mewujudkan impianku. I LOVE DAD, MOM.
-