MODEL
OF TEACHING
RINGKASAN
BAB 14, 15, DAN 16
Ditujukkan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Manajemen
Perkantoran
Oleh:
Kelompok 12
Ananda Hidayat 1405490
Indah Asmarani Hadi 1403964
Wesih Malia 1404674
JURUSAN PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS
PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
Ringkasan
bab 14: Pengajaran Tidak Terarah
1.
Pembelajar Sebagai Pusat
Pengajaran tidak terarah merupakan suatu
model pembelajaran dimana dipercaya dengan hubungan
yang positif antar sesame manusia dapat memudahkan mereka untuk tumbuh.
Dengan menggunakan model ini diharapkan dapat member nuansa
lain dalam pengajaran, yakni untuk menjaga dan mempertahankan kerangka berpikir siswa,
menjaga pusat perkembangan diri mereka,
serta membantu mereka mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
Dari sikap yang tidak terarah (nondirective stance), peran guru adalah sebagai fasilitator
yang menjalankan relasi konseling
(bimbingan) pada peran siswa serta mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Dalam peran ini, guru
membantu siswa mengeksplorasi gagasan baru terkait dengan kehidupan,
tugas akademik, dan hubungan siswa dengan
orang lain. Model tidak terarah lebih focus pada pengasuhan dan bimbingan pada siswa
dibanding mengontrol urutan proses
pembelajaran. Model ini menekankan pada pengembangan gaya pembelajaran
yang efektif dalam gaya pembelajaran jangka panjang serta pengembangan karakter pribadi
yang kuat dan bias diarahkan.
2.
Orientasi Model
·
Tujuan dan asumsi
Tujuan dari menciptakan atmosfer tidak terarah yaitu untuk membangun interaksi produktif antara siswa dan
guru. Model pengajaran tidak terarah focus pada aspek penyediaan fasilitas.
Stimulasi, pengujian, dan evaluasi persepsi baru menjadi pilar utama dalam hal ini,
karena pengujian kembali terhadap kebutuhan dan nilai, sumber-sumber dan hasilnya-
adalah inti dari keterpaduan
personal. Siswa tidak perlu melakukan perubahan,
tujuan guru hanyalah untuk membantu siswa mengerti kebutuhan mereka sendiri serta beberapa nilai tertentu sehingga siswa bias mengarahkan keputusan pendidikan secara efektif.
Atmosfer tak terarah memiliki empat kualitas
:
1.
Guru menunjukkan kehangatan dan keakraban serta tanggap terhadap semua tindakan siswa.
2.
Model ini membolehkan hal apa
pun yang ada sangkut pautnya dengan pengungkapan perasaan.
3.
Siswa memiliki kebebasan penuh untuk mengungkapkan perasaannya secara simbolik
4.
Hubungan tersebut terbebas dari hal-hal
yang berbau paksaan dan tekanan.
·
Membimbing
Baik siswa maupun guru
sama-sama memiliki tanggungjawab dalam sebuah diskusi.
Namun sering kali, guru haruslah membuat semacam respons-respons
‘bimbingan’ (lead taking) untuk mengarahkan atau mempertahankan percakapan.
Responlead-taking ini menyangkut pertanyaan
yang diberikan guru dan juga sangat membantu dalam memulai diskusi.
Menentukan petunjuk dengan gaya terbuka atau memberikan beberapa pedoman mengenai materi
yang harus didiskusikan siswa, baik secara khusus maupun secara umum.
3.
Model Pengajaran
Untuk menguasai pengajaran tidak terarah,
guru harus mempelajari prinsip umum,
berusaha meningkatkan sensitivitas siswa terhadap
orang lain, menguasai skill tidak terarah lalu mempraktikannya dalam interaksi dengan siswa,
memberikan respons terhadap siswa,
serta menggunakan skill yang telah tergambar dari repertoar teknik-teknik konseling tidak terarah.
4.
Struktur Pengajaran
Ada beberapa tahap dalam hal ini yaitu diantaranya:
1.
Menjabarkan keadaan
yang membutuhkan bantuan guru dalam mendorong adanya pengungkapan perasaan
yang bebas.
2.
Mengeksplorasi masalah
Siswa didorong untuk menjabarkan masalah
Guru menerima dan menjelaskan perasaan
3.
Mengembangkan wawasan
Siswa mendiskusikan masalah
Guru mendukung siswa
4.
Merencanakan dan membuat keputusan
Siswa merencanakan
proses awal dalam pembuatan keputusan
Guru memperjelas keputusan yang mungkin akan diambil
5.
Keterpaduan
Siswa mendapat wawasan lebih dalam dan mengembangkan tindakan
yang lebih positif
Guru bertindak sebagai
supporter
Hal yang sangat penting dalam hal ini adalah pemahaman siswa bahwa dirinya memiliki tanggungjawab pada dampak/pengaruh
yang akan mereka rasakan dari pada tak berdaya mengatasi masalah-masalah yang dating dari luar.
·
Sistem sosial
Sistem social dalam strategi tak terarah mengharuskan
guru berperan sebagai fasilitator atau reflektor.
Ganjaran (reward) hukuman (punishment) tidak diterapkan dalam strategi ini.
Reward merupakan hal instrinsik
yang meliputi penerimaan, empati, dan pengertian dari
guru.
·
Peran/Tugas Guru
Guru menjangkau siswa,
berempati, bertindak untuk membantu siswa menjabarkan masalah,
dan bertindak untuk mencapai solusi-solusi.
·
SistemPendukung
Guru membutuhkan tempat yang
tenang dan privat untuk mengadakan kontak empat mata,
pusat sumber daya untuk berkonferensi dan berdiskusi mengenai kontrak-kontrak akademik.
Ringkasan Bab 15: Mengembangkan
Konsep Diri yang Positif
Mengenai peerkembangan manusia dibidang pendidikan ada 3
hal yang harus diperhatikan dalam proses
pembelajaran. Pertama, model pembelajaran yang dikembangkan akan berpengaruh
terhadap bagaimana siswa merespon lingkungan pembelajarannya yang berbeda-beda
sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan akademiknya. Kedua, skill dan
keterampilan yang dikembangkan siswa khususnya keterampilan bagaimana siswa
mengembangkan strategi pembelajarannya. Ketiga, iklim sosial yaitu berkaitan
dengan bagaimana siswa menghargai dirinya sendiri, berinteraksi dengan orang
lain, dan bagaimana cara siswa belajar. Dalam
perkembangan manusia di bidang pendidikan tidak hanya mengenai konten
akademik saja, melainkan konten sosial juga sangat berpengaruh didalam
perkembangan manusia di bidang pendidikan. Jadi, bab ini membahas elemen dasar
terpenting dalam pendidikan secara konseptual. Kondisi-kondisi pertumbuhan yang
berasal dari proses pendidikan.
1.
Perbedaan-perbedaan
Individu
Bagaimana kita berpikir mengenai perbedaan individu dalam
pertumbuhan, khusunya dalam kesiapan untuk tumbuh berkembang. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam menganalisis perbedaan-perbedaan individu. Beberapa
diantaranya adalah gaya pembelajaran anak-anak. Model ini juga dapat diterapkan
kepada orang dewasa. Teori tersebut berusaha menggambarkan perbedaan anak-anak
dan orang dewasa sebagai (sama-sama) pembelajar. Lalu, teori konseptual adalah
keterampilan untuk memiliki kompetensi dalam menggunakan skill dan strategi
pengajaran.
2.
Konsep
tentang Kondisi Pertumbuhan
Suatu penelitian dibuat untuk menciptakan kesempatan
adanya pertumbuhan yang dialami oleh guru dalam sekolah yang menjadi
lingkungannya. Selain adanya sistem
dukungan formal (kursus, seminar, dll), interaksi teman sebaya juga dicermati
dan diuji. Karena merupakan aspek kehidupan personal yang mungkin saja memiliki
implikasi terhadap pertumbuhan profesional. Interaksi tersebut dapat diistilahkan
sebagai ranah formal, peer generated, dan personal. Fokus kajiannya yaitu
dinamika interaksi individu dengan lingkungan. Perbedaan-perbedaan dalam
aktivitas akan menjadi fungsi/tugas pembawaan pribadi untuk berinteraksi secara
produktif dengan lingkungan.
3.
Ranah-ranah
Formal, Peer-Generated, dan Pribadi
Kesempatan-kesempatan pengembangan staf formal seperti
guru aktif dalam seminar atau presentasi untuk meningkatkan perkembangan
profesionalitas. Kesempatan tumbuh bersama peer-generated. Ranah pribadi, biasanya
setiap guru memiliki aktivitas yang berbeda dengan guru yang lain.
4.
Kondisi-kondisi
Pertumbuhan
Semakin aktif seseorang dalam profesi yang dijalaninya,
maka ia juga akan semakin aktif dalam kepribadiannya. Perbedaan-perbedaan dalam level-level
aktivitas telah dihasilkan oleh orientasi-orientasi individu terhadap
lingkungan mereka, lalu diperlunak oleh pengaruh sosial. Orientasi terhadap lingkungan disini
maksudnya tingkatan lingkungan seperti apa yang dipandang sebagai kesempatan
dalam memperoleh pertumbuhan yang memuaskan. Orang yang aktif akan memandang
lingkungannya sebagai adanya kemungkinan-kemungkinan interaksi yang memuaskan.
Sedangkan orang yang kurang aktif justru kurang menyadari kemungkinan tersebut.
Lalu, pengaruh sosial seperti sahabat dekat dan kolega, serta iklim sosial
dalam tempat kerja dan kehidupan juga dapat mengantarkan ke pertumbuhan aktif.
5.
Tingkatan-tingkatan
Aktivitas
Di bawah ini akan disajikan prototip-prototip untuk
menjelaskan perilaku
·
A
gourment omnivore (orang mempunyai keinginan yang sangat besar terhadap
sesuatu)
Protototip yang dibicarakan di sini adalah orang dewasa
yang telah menelusuri lingkungan-lingkungan pembelajaran dan berhasil
mengeksploitasinya.
·
A
passive consumer (seorang pemakai yang pasif)
Karakteritik pemakai pasif adalah keramahan mereka yang
kurang terhadap lingkungan dan adanya ketergantungan yang tinggi terhadap
konteks sosial terdekat. Dengan kata lain, tingat aktivitas mereka sangat
dipengaruhi oleh siapa yang hidup bersama mereka.
·
A
recitent consumer (pemakai yang segan)
Dari pemakai pasif yang relatif memiliki sikap ramah,
namun beberapa dari mereka telah mengembangkan energi ynag sebenarnya dapat
menunda kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang. Biasanya orang-orang
tersebut disebut pemakai yang segan yaitu mereka telah memiliki sebuah
tujuan/orientasi namun enggan berinteraksi secara positif dengan budaya di
lingkungan mereka. Pemakai yang segan tidaklah terpengaruh oleh konteks sosial
yang instan.
6.
Struktur
Konseptual, Konsep Diri, dan Pertumbuhan
Teori sistem konseptual mendeskripsikan manusia menurut
struktur konsep-konsep yang mereka gunakan untuk mengolah informasi mengenai
dunia secara luas. Tetapi terkadang manusia menggunakan sedikit konsep untuk
mengolah dunia mereka. Sehingga mereka seringkali memandang orang-orang dan
peristiwa-peristiwa menurut persepsi benar atau salah. Dalam tingkat
perkembangan yang lebih tinggi, orang mengembangkann kemampuan yang lebih hebat
dalam memadukan informasi baru, tidak berpikiran miopi, dan bisa bertoleran
dengan pandangan lain yang berbeda.
Konsep diri yang kuat harus dibarengi dengan perilaku
aktualisasi diri, suatu capaian menuju lingkungan dengan kepercayaan diri yang
kuat bahwa interaksi yang terjadi akan produktif. Omnivor adalah mereka yang
menerapkan konsep aktualisasi diri. Sedang pemakai yang pasif merasa memiliki
kompetensi namun masih bergantung pada lingkungan untuk memperoleh kesempatan
agar bisa produktif. Lalu, pemakai yang segan merasa bahwa mereka hidup di
tengah dunia yang menakutkan dan rawan masalah.
Berangkat dari teori pertumbuhan konseptual dan konsep
diri yang membantu kita memahami diri kita sendiri, khusunya saat merencanakan
dan melaksanakan program-program yang berorientasi perkembangan membantu kita
mengerti alasan mengapa orang merespon apa yang mereka lakukan dan memberikan
dasar untuk mencipatakan lingkungan yang produktif. Pada intinya, pemakai pasif
dan enggan tidak bisa mencapai titik penerapan dalam semua iklim organisasi, iklim
tersebut hanya bisa dimanfaatkan oleh pemakai aktif dan omnivor.
7.
Mengembangkan
Kondisi Pertumbuhan yang Lebih Kaya
Pengaruh yang utama terhadap siswa kita adalah apa yang
kita peragakan. Jika kita meragakan kepasifan, berarti kita menyuruh siswa kita
bersikap pasif. Dan sebaliknya. Hal terpenting adalah kita harus bisa
menggapainya dengan mengembangkan aktivitas-aktivitas linear saat kita menekan
dan memaksa diri untuk bisa menjadi lebih kaya dan istimewa dalam hal
pengajaran.
Ringkasan bab 16: Belajar Cara
Belajar dari Pembelajaran Menguasai
Pembelajaran menguasai masalah kerangka berpikir dalam merencanakan rangkaian instruksional,
yang dirumuskan oleh John B. Carrol (1971) dan Benjamin Bloom
(1971).
1.
Konsep tentang Bakat
Umumnya,
bakat dianggap sebagai karakteristik
yang berhubungan erat dengan prestasi siswa. Namun,
Carrol memandang bakat sebagai jumlah waktu
yang dihabiskan seseorang untuk mempelajari materi dan bukan merupakan kapasitas seseorang dalam menguasai materi tersebut. Siswa
yang punya bakat rendah akan membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk bias menguasai materi tertentu disbanding siswa
yang memiliki bakat lebih tinggi. Bakat juga mengisyaratkan metode-metode dalam memberikan instruksi. Menurut Carrol,
tingkat pembelajaran yang dicapai seorang siswa akan sesuai dengan waktu
yang dihabiskan, ketekunan siswa, kualitas instruksional,
kemampuan dalam memahami instruksi,
dan bakat siswa sendiri. Bloom
mentransformasi pandangan Carrol kedalam suatusi system dengan karakteristik-karakteristik berikut ini:
1.
Penguasaan terhadap suatu materi pembelajaran.
2.
Materi yang
lebih luas kemudian dibagi ke dalam seperangkat
unit pembelajaran yang relative kecil.
3.
Pembelajaran materi-materi kemudian diidentifikasi dan strategi instruksional dipilih.
4.
Setiap unit dibarengi dengan tes diagnostik
yang mengukur kemajuan perkembangan siswa dan mengidentifikasi masalah
yang sedang dialami siswa.
5.
Data yang
diperoleh dari pengolahan tes-tes tersebut digunakan untuk menyiapkan intstruksi tambahan pada siswa untuk mengatasi masalah.
Bloom percaya, bahwa waktu pembelajaran dapat disesuaikan dengan bakat
yang dimiliki siswa, kemajuan dari seluruh aktivitas
yang mereka lakukan dapat dipantau oleh
guru melalui bantuan tes yang
diberikan.
2.
Pengajaran yang Diberikan Secara
Individual
Instruksi
individual ini bias diterapkan oleh
guru dengan mengubah prosedur instruksi kelompok
yang tradisional untuk menerima instruksi pribadi yang
sesuai dengan hasil evaluasi formatif mereka. (Carrol,
1971, hlm. 37-41). Namun begitu,
teknologi instruksi modern, khususnya perkembangan
unit multimedia dan aplikasi prosedur pembelajaran terprogram,
telah mendorong para pengembangan kurikulum untuk menemukan system kurikulum
yang komperhensif.
Salah
satu contoh yang penting dan utama dari aplikasi system perencanaan bagi sekolah dasar maupun sekolah lanjutan adalah
IPI. Dalam IPI, siswa biasanya bekerja secara mandiri pada materi
yang diberikan tiap hari pada mereka,
berdasarkan tingkat kompetensi yang
ditunjukkan, gaya pembelajaran, dan kebutuhan khusus dalam pembelajaran.
3.
Langkah-Langkah dalam Program
IPI
menggambarkan satuan kurikulum yang
dikembangkan dengan cara menerapkan prosedur system analisis menjadi perkembangan materi kurikulum.
Masing-masing langkah tersebut merefleksikan cara kerja dalam
model ini. Sistem tersebut dirancang untuk:
1.
Memudahkan setiap siswa untuk bekerja sesuai dengan
rating mereka melalui unit-unit pelajaran yang ada dalam rangkaian pembelajaran.
2.
Mengembangkan
level penguasaan yang dimiliki masing-masing siswa.
3.
Mengembangkan inisiatif diri dan arah diri dalam pembelajaran.
4.
Melatih
proses-proses dalam menangani masalah-masalah.
5.
Mendorong evaluasi diri dan motivasi untuk belajar.
(LindvalldanBolvin, 1966)
Asumsi
yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran
yang terkait adalah sebagai berikut:
1.
Satuhal yang
membedakan antara satu orang
dengan orang lain adalah jumlah waktu dan praktek.
2.
Satu aspek penting dalam menghadapi perbedaan-perbedaan individu adalah menyusun dan menciptakan kondisi sekondusif mungkin.
3.
Jika sekolah memiliki jenis materi pelajaran sebelumnya,
bias belajar dengan jumlah
unit yang minimum dari instruksi langsung
yang diberikan guru.
4.
Saat bekerja melalui
unit-unit instruksional, siswa tidak boleh memulai kerjanya pada sebuah
unit yang baru.
5.
Jika siswa diizinkan dan didorong untuk menjalani
proses dalam rating individu, maka hal yang harus diperhatikan bagi siswa maupun
guru adalah program yang memberikan evaluasi periodic terhadap perkembangan dan kemajuan siswa.
6.
Guru yang
professional dan terlatih menampakkan performa
yang lebih produktif saat mengajar,
saat mendiagnosis kebutuhan siswa,
dan merencanakan program instruksional.
7.
Setiap siswa dapat membuat dugaan
yang lebih bertanggungjawab dalam merencanakan dan menjalankan
program belajarnya.
8.
Proses
pembelajaran dapat ditingkatkan.
Kemudian,
model pelaksanaan dianalisis ke dalam sasaran perilaku
yang teratur dan berturut-turut. IPI percaya bahwa pendaftaran
yang demikian adalah sangat penting bagi aspek lain dalam sebuah
program dan harus memiliki karakteristik sebagai berikut.
a.
Masing-masing sasaran memaparkan apa
yang harus dikuasai siswa dari beberapa materi dan
skill tertentu.
b.
Sasaran harus dikelompokkan dalam sebuah aliran materi
yang bernilai.
c.
Dalam setiap bidang.
d.
Dalam urutan sasarana di setiap bidang.
3.
Catatan Mengenai Instruksi Terprogram
Ada
banyak program pembelajaran penguasaan yang menggunakan instruksi terprogram. Instruksi ini merupakan salah satu aplikasi
yang dilakukan secara langsung dan diilhami dari tulisan
Skinner. Konsep yang digagas Skinner ini mengalami beberapa
kali perubahan, namun ada tiga gagasan
yang masih dipertahankan dan digunakan secara luas:
(1) rangkaian objek-objek yang berurutan; (2) respons siswa;
(3) pembekalan untuk mengonfirmasi renspon langsung.
Penelitian mutakhir mengenai instruksi
yang terprogram menunjukkan bahwa penyimpangan cukup berpengaruh dari esensi instruksi. Kendati begitu,
program instruksi diri yang diarahkan pada siswa
yang menerima materi serupa tidaklah dipandang cukup oleh beberapa pendidik. Didasari cirri khas siswa
yang begitu berbeda dalam menyerap informasi,
ketidakpuasan ini kemudian menuntun munculnya
program “pencabangan”. Gagasan program ini adalah bahwa siswa
yang lambat menyerap informasi dan tidak bias memberikan respons
yang tepat mungkin membutuhkan informasi tambahan atau
review. Siswa yang telah mahir dan mudah menerima informasi bias lebih mudah memanfaatkan materi tambahan dan materi yang lebih sulit.
Program pencabangan ini dapat mengarahkan siswa pada materi
yang sesuai dengan jawaban yang
diberikan siswa terhadap pertanyaan
yang diajukan padanya. Dengan demikian,
program ini secara otomatis akan mengarahkan siswa pada bagian
yang sesuai dengan pilihan respons dan kemampuannya.
Instruksi
yang terprogram telah berhasil diterapkan dalam beragam materi pelajaran,
teknik ini senyatanya juga bias diaplikasikan dalam beberapa aspek penting. Beberapa
program tertentu telah berhasil menuntun siswa untuk menemukan konsep baru dan menggunakan
format reminisensi berpikir induktif. Yang
membedakan antara instruksi yang
terprogram dengan buku-buku tradisional
yang digunakan guru yaitu hal yang ditekankan adalah praktek bukan aspek perilaku melalui rangkaian materi
yang disusun secara seksama.
4.
Simpulan
Pembelajaran menguasai adalah metode
yang lurus, optimistik, dan jelas. Merancang system pembelajaran menguasai ini membutuhkan pengembangan yang hati-hati,
tetapi tetap dalam iklim positif,
system ini secara langsung mendekati beberapa masalah pembelajaran
yang mengganggu atau mengusik instruksi
yang dijalankan guru. Sistem ini juga menempatkan
guru dalam sebuah peran yang
mendorong dan membantu siswa serta memiliki pengaruh positif terhadap pengahargaan diri siswa itu sendiri.
3.
No comments:
Post a Comment