Thursday, May 12, 2016

Memilih Untuk Melepaskan

Memilih Untuk Melepaskan
#WMNotes
Suasana pagi dengan udara yang sejuk, embun menetes di dedaunan segar sampai hembusan nafasku, kicauan burungpun masih jelas terdengar di luaran sana berterbangan dengan lincahnya. Seperti langit yang kutatap lewat jendela kamarku, aku mulai mengingat lalu merasa yang merangsang jari jemariku untuk mengetik kata demi kata yang mungkin sebuah ungkapan yang kini aku rasakan.
Kenangan memang selalu mencari celah untuk mematahkan ingatan dalam benak. Kenangan itu membawa kamu yang bahkan sudah termakan oleh waktu tetapi tak pernah habis kubebani dengan tanya. Kamu yang pernah begitu kupahami, aku katakan pernah karena memang pernah dan kini tak lagi. Ada sebuah jarak dan batas transparan dari dirimu yang tidak bisa kutembus hanya saja terlihat tapi tak bisa kusentuh. Bayangmu yang tak bisa lagi kuterka, pikiranmu yang tak bisa lagi kumengerti, bahkan sikapmu yang semakin hari semakin tak kupahami akan kemana arah dan tujuannya. Dulu aku katakan itu hal yang sederhana sangat sederhana tapi sekarang apakah yang ada dalam dirimu bisa kutebak? Entahlah karena kini aku tak bisa lagi  menemani harimu, ini sebuah keputusan yang sangat sakit untuk kuputuskan hingga dada berkobar menekan sakitnya hati, kau pasti akan bertanya mengapa jika keputusan yang ku ambil menyakiti diriku sendiri? Aku akan menjawab itu mungkin akan lebih baik bagiku nanti setelah aku benar-benar melupakanmu melepas rasa yang selalu terkurung dalam ingatan di tempurung kepalaku. Jika aku terus bersamamu aku akan  merasakan perih setiap hari. Mungkin kau tak pernah merasa dan bahkan kau tak pernah tau seberapa kuat aku mencoba bertahan denganmu, itu bukan sesuatu yang mudah karena bertahan dengamu berarti aku harus menekan hatiku untuk selalu bisa memahamimu yang kamu sendiripun tidak bisa untuk memahamiku karena aku tahu kau tak sepenuhnya menyayangiku. Sebenarnya ini masalah sederhana yang tak tahu kenapa malah menjadi rumit. Yang akhir-akhir ini malah membuat kita saling menyalahkan satu sama lain. Bukan salahmu jika harus ada kata selesai di antara kita. Dan bukan salahku jika aku tak lagi meneruskan rasa kali pertama yang membuatku bisa mencintaimu dengan tulus. Ini hanya cara kita belajar arti dari sebuah proses pendewasaan. Biarkanlah waktu yang mengajari kita untuk bisa menerimanya.

Aku menyerah untuk rasa ini yang akan memperburuk kondisi hati, aku menyerah untuk menitipkan  segala rasa yang dulu pernah kau pinta dan aku menyerah untuk masa depan yang pernah kita impikan untuk bisa kita wujudkan. Sungguh sebenarnya bukan ini yang kumau, bukan ini yang kuharapkan, dan bukan kondisi ini yang ingin ku rasakan tapi nasi sudah menjadi bubur, cerita kita hanya tinggal kenangan yang kadang kenangan itu selalu mencari jalan untuk bisa lagi masuk dalam ingatan kita. Maaf jika keputusan ini yang harus kuambil dan maaf jika aku secepat ini melepaskan. Memasuki ruang kosong hatimu adalah cara terbaik mengenal cinta, tetapi melepaskan diri adalah satu-satunya cara yang paling tepat untuk menjauh dari pergerakan luka. Kita akan baik-baik saja. Untuk sekarang kita fokus pada kegiatan kita masing-masing, semangatlah untuk meraih cita-cita dan semangat lah untuk terus memperbaiki diri, karena seberapa rencana yang telah kita buat tetaplah rencana Allah yang paling indah. Mungkin ini salah satu rencana-Nya yang belum kita rasakan pasti keindahannya tapi aku yakin suatu saat akan indah pada waktunya. Yah menunggu memang sesuatu yang sangat menyebalkan tetapi di saat waktu menunggu teruslah untuk mengisi waktu untuk meningkatkan kualitas diri agar nanti kita dipertemukan dalam keadaan dimana kita bisa mengerti dan memahami makna cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya.

CONTOH SURAT LAMARAN PEKERJAAN

  Bogor , 08 Desember 2020 Hal                   : Lamaran Pekerjaan Lampiran          : 1 Berkas   Kepada Yth. .....................