Thursday, February 27, 2020

Tentang Setelahnya


Maafkan aku sayang, sekali lagi maafkan aku.
Bukan tidak ingin berjuang tapi aku sudah kehabisan akal.
Selama 2 tahun aku coba buat yakinkan keluarga aku tanpa kamu tahu. Bukan tak mau berjuang bareng hanya saja waktu dan kondisi yang tidak bersahabat.
Awalnya aku tidak ingin mengecewakanmu dengan tidak melibatkanmu, tapi pada akhirnya kamupun terluka karena kecewa. Kukira semua akan baik-baik saja tapi ternyata 2 tahun sudah aku yakinkan keluargaku tapi tak kunjung berhasil. Doaku, doamu, doa keluargamu dan doa keluargaku entah yang mana yang akan Allah kabulkan.
Sayang, bukannya aku menyerah dan tak mau berjuang lagi, apa daya aku yang tak ingin menjadi anak durhaka yang menentang orangtuanya.
Setiap hari, aku harus menyembunyikan sedihku didepn keluargaku mencoba terus menyelipkan namamu disetiap perbincangan itu tapi, apa yang didapat? Mereka selalu menyerangku. Rasanya, aku tak berdaya, tak kuasa melihat raut wajah orangtuaku yang kecewa terhadapku karena aku selalu membangkang untuk membelamu dihadapan keluargaku.
Percayalah bukan hanya kita yang meminta diberi petunjuk oleh Tuhan tapi keluargaku juga! Istikharah! Apakah jawaban  yang diberi kepada keluargaku bertentangan dengan ingin kita? Memang yang kita anggap baik belum tentu baik menurut kita, pun sebaliknya yang kita anggap buruk belum tentu buruk untuk kita. Untuk meyakini itu saja sulit. Mengapa?
Jodoh. Bukannya kalau jodoh akan dimudahkan jalannya? Lantas, mengapa jalan kita selalu tak mulus. Ah mungkin itu sebuah ujian cinta kasih kita. Tapi, sampai kapan? Mengapa tidak pernah ada titik terang dengan hubungan ini.
Sayang, aku benar-benar bingung, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Aku yang tak mau melepaskan mu, tapi aku juga tak mau menyakitimu, menyakiti keluargamu.
Mamamu, ya aku sudah menyanyanginya pula sperti mama kedua untukku. Tak tega rasanya harus menjelaskan keadaan ini. Keluarga mu? Ah aku sudah nyaman disana, tempat kedua dimana aku bisa pulang.
Sayang, aku tahu kamu memikirkan hubungan ini. Mau dibawa kemana? Mau seperti apa? Dan kapan harus melangkah lagi?
Percayalah, pikiran kita sama. Tapi sayangnya kita tak pernah punya solusi yang bisa membuat kita tidak saling menyakiti.
Sayang, maafkan aku yang setiap kali selalu menangis jika membahas masalah ini. Ya, aku menjdi wanitamu yang sangat cengeng,  aku sudah tidak punya kata lagi untuk mengungkapkan nya.
Sayang, apakah harus benar-benar kita akhiri semua ini?
Mengakhiri hubungan yang sudah lama kita bangun?
2 bulan kemarin tidak komunikasi saja rasanya aku tak punya semangat hidup. Tak tahu arah dan tujuan. Berpikir bahwa dunia ini sangat kejam. Takdir ini keterlaluan. Tapi, sesungguhnya aku juga tidak mau menyalahi takdir. Aku tidak mau menentang semesta.
Sayang, maafkan aku yang tidak bisa melanjutkan mimpi-mimpi kita.
Dengan sangat berat hati, aku harus ambil keputusan ini. Entah apa yang akan terjadi setelahnya. Aku tidak tahu! Apa aku bisa kuat menghadapinya? Apa aku bisa sabar menjalaninya? Dan apakah aku bisa ikhlas menerimanya? Aku yakin pun sama sepertimu! Lantas, apa yang bisa kita perbuat?
Sayang, percyalah bukan ini yang aku inginkan!

CONTOH SURAT LAMARAN PEKERJAAN

  Bogor , 08 Desember 2020 Hal                   : Lamaran Pekerjaan Lampiran          : 1 Berkas   Kepada Yth. .....................