Sunday, November 6, 2016

Membenci Pagi




 Membenci Pagi

Aku selalu senang menghadapi pagi. Dimana dengan pagi itu aku bisa mulai aktivitas. Memulai untuk bisa melakukan yang terbaik dari hari kemarin. Tapi, rasanya pagi ini terasa beda. Aku sempat tak ingin melewatinya. Aku ingin malam sepanjang hari itu karena ada sesuatu yang membuatku seolah tak ingin hidup dipagi ini. Aku tak ingin orang tahu mengapa mataku memerah dan bintitan. Aku tak mau bersikap tak biasanya yang selalu ceria. Aku tak ingin orang lain berpikiran akau sedang galau dan kalut. Aku ingin malam saja, dimana dengan malam, aku bisa menghabiskan waktuku bersama bantal dan guling yang menemaniku di ruang 3x3 meter itu. Tak ada siapapun. Tak ada orang yang bertanya. Tak ada orang yang tahu sekalipun aku menangis atau bahkan tertawa. Sepertinya kesendirian lebih baik untukku saat ini.

Saturday, November 5, 2016

AKU MERINDUKAN MEREKA (Bapak dan Ummi)

AKU MERINDUKAN MEREKA (Bapak dan Ummi)

Sebenarnya hari ini aku tak ada kegiatan apapun diluar, mungkin hanya berdiam diri diruang yang kurang lebih hanya berukuran 3x3 meter dengan ditemani sebuah laptop dari bapak atas hadiah prestasiku kurang lebih 4 tahun silam. Tapi, meskipun aku tidak beranjak kemana-kemana dari ruang ini, aku mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga dari sebuah film india yang berjudul “Baghban”. Sebuah film yang menyadarkan aku arti pentingnya seorang ayah dan ibu. Bagaimana seharusnya anak menghargai orang tua, memuliakannya, menjaganya, serta menghormatinya. Dari sebuah film itu, aku teringat kedua orang tuaku yang kurang lebih 40 hari tak bertemu. Rasa rindu yang menggebu tiba-tiba datang seolah-olah mereka memanggilku. Ingin sekali rasanya aku memeluk mereka, tapi apalah daya. Hanya sebuah do’a yang mengiringinya. Aku merindukan kedua orangtuaku. Ingin sekali rasanya bertemu dengan mereka. Semoga Allah senantiasa melindungi mereka, mecurahkan kasih dan sayangNya untuk mereka malaikatku di dunia ini.
Orang bilang mengapa tidak pulang saja, kalau memang merindukan orang tua. Ucapan yang sederhana namun, bagiku penuh pertimbangan. Bagaimana bisa aku pulang? Untuk bekal hidup disini saja kekurangan bahkan hari-hari ini aku harus menghematnya karena bekal ku sudah mulai mau habis. Dan untuk memintanya ke bapak aku perlu berpikir dua kali. Mengapa? Karena aku tahu bapak sedang tidak punya uang, aku tak ingin memaksanya untuk segera mendapatkan uang. Belum lagi bekal untuk dikirim ke ummi dan adik-adikku. Cari pinjaman sana-sini, tak ada. Memang sedih, tapi harus bagaimana lagi. Tapi aku sedikit tak khawatir karena aku punya Allah yang selalu memberi jalan kepada hambanya jika hambanya berusaha. Aku selalu meyakini itu!
Pak, mii, maafkan aku yang selalu mengeluh disini, ditempat yang jauh ini. Selalu mengeluh ketika kehabisan uang bekal, mengeluh ketika beasiswa belum cair, mengeluh dengan mata kuliah yang sulit dipahami, mengeluh karena tak sama dengan orang-orang yang ketika mereka meminta apapun itu selalu dikabulkan oleh orangtuanya, mengeluh dengan keadaan yang selalu kekurangan, mengeluh dengan beban ini,  Maafkan aku, yang selalu iri dengan mereka-mereka yang selalu mudah mendapatkan materi, menghabiskan uang dan memintanya lagi dengan mudah, pergi main bersama teman-teman ke tempat-tempat mahal, ketempat wisata, dan masih banyak lagi. Maafkan aku, yang tak pernah bersyukur ini pak, mii. Maafkan aku yang tak pernah sadar bahwa aku disini juga berkat bapak dan ummi meskipun ada beasiswa yang aku dapatkan tapi tetap jasa bapak dan ummi pun sangat besar untuk aku bisa sampai ditempat ini untuk menyelasikan studiku yang sudah setengah jalan ini.
Aku tahu bahwa semua yang aku keluhkan ini belum seberapa dari bagian atas cobaan dan beban hidup ini. Aku tak pernah menyadari kuatnya bapak dan ummii dalam menjalani hidup sampai saat ini. Aku tak pernah mendengar rengekan dan keluhan yang terlontar dari bibir bapak dan ummi. Padahal aku tahu keringat bapak dan ummi lebih sakit dari apa yang aku rasakan. Tapi bapak dan ummi tak pernah mengeluh itu.
Pak, mii, disini aku belajar banyak hal. Belajar arti hidup dan kehidupan. Bertemu dengan orang-orang yang baik, bertemu dengan orang-orang yang hebat, orang-orang luar biasa yang selalu memotivasi aku, sampai-sampai aku juga bertemu dengan orang-orang yang tak sepaham denganku. Ini sebenarnya yang selalu menjengkelkanku. Tapi aku belajar banyak hal dari orang-orang itu, aku lebih mengerti dan mampu memaknai hidup ini. Hidup yang tak hanya soal materi, tapi soal ketenangan. Soal seberapa kuat kita bertahan atas benturan yang datang silih berganti dalam kehidupan ini.
YaAllah aku tak ingin mengecewakan kedua orangtuaku. Aku ingin mewujudkan keinginan dan harapannya terhadapku. Aku ingin membuat mereka menangis karena bangga melihatku mengenakan toga di hari itu. Menyelesaikan studiku dengan tepat waktu dan melanjutkan kehidupan yang lebih baik setelah itu. Yang dapat menjadi tulang punggung keluargaku. Mengantarkan adik-adikku menuju kesuksesannya. Aku ingin bapak mengatakan “ini putriku, putri yang dibesarkan oleh seorang bapak yang hanya sebagai kuli bangunan yang telah berhasil menyelesaikan studinya, bapak bangga kepadamu nak” dengan penuh haru akan aku peluk bapak dengan eratnya. Dan ummi adalah wanita yang tak pernah bosan mengucap namaku dalam setiap do’anya. Wanita yang selalu menguatkan aku ketika aku mengeluh disini. Yang selalu mengajari dan memotivasi diri ini untuk selalu semangat dan pantang menyerah dalam menggapai mimpi.
Pak, mii, aku ingin meminta ridho bapak dan ummi untuk aku disini yang sedang berjalan menuju kesuksesanku. Yang selalu berusaha mewujudkan cita-cita bapak dan umii. Bantu aku untuk tetap kuat dan sabar dalam menjalani hari-hariku disini. Semoga semangatku tak pernah berhenti sampai disini. Semoga aku selalu istiqomah dengan tujuanku. Sehat terus yah pak, mii. Tunggu aku mewujudkan impianku. I LOVE DAD, MOM.


  1.  

CONTOH SURAT LAMARAN PEKERJAAN

  Bogor , 08 Desember 2020 Hal                   : Lamaran Pekerjaan Lampiran          : 1 Berkas   Kepada Yth. .....................