Monday, April 10, 2017

RINGKASAN BAB 14, 15, DAN 16 BUKU MODEL OF TEACHING Bruce Joyce



MODEL OF TEACHING
RINGKASAN BAB 14, 15, DAN 16
Ditujukkan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Manajemen Perkantoran


Oleh:
Kelompok 12
Ananda Hidayat                           1405490
Indah Asmarani Hadi                   1403964
Wesih Malia                                  1404674



JURUSAN PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
Ringkasan bab 14:    Pengajaran Tidak Terarah
1.      Pembelajar Sebagai Pusat
Pengajaran tidak terarah merupakan suatu model pembelajaran dimana dipercaya dengan hubungan yang positif antar sesame manusia dapat memudahkan mereka untuk tumbuh. Dengan menggunakan model ini diharapkan dapat member nuansa lain dalam pengajaran, yakni untuk menjaga dan mempertahankan kerangka berpikir siswa, menjaga pusat perkembangan diri mereka, serta membantu mereka mengatasi masalah-masalah pembelajaran. Dari sikap yang tidak terarah (nondirective stance), peran guru adalah sebagai fasilitator yang menjalankan relasi konseling (bimbingan) pada peran siswa serta mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dalam peran ini, guru membantu siswa mengeksplorasi gagasan baru terkait dengan kehidupan, tugas akademik, dan hubungan siswa dengan orang lain. Model tidak terarah lebih focus pada pengasuhan dan bimbingan pada siswa dibanding mengontrol urutan proses pembelajaran. Model ini menekankan pada pengembangan gaya pembelajaran yang efektif dalam gaya pembelajaran jangka panjang serta pengembangan karakter pribadi yang kuat dan bias diarahkan.
2.      Orientasi Model
·         Tujuan dan asumsi
Tujuan dari menciptakan atmosfer tidak terarah yaitu untuk membangun interaksi produktif antara siswa dan guru. Model pengajaran tidak terarah focus pada aspek penyediaan fasilitas. Stimulasi, pengujian, dan evaluasi persepsi baru menjadi pilar utama dalam hal ini, karena pengujian kembali terhadap kebutuhan dan nilai, sumber-sumber dan hasilnya- adalah inti dari keterpaduan personal. Siswa tidak perlu melakukan perubahan, tujuan guru hanyalah untuk membantu siswa mengerti kebutuhan mereka sendiri serta beberapa nilai tertentu sehingga siswa bias mengarahkan keputusan pendidikan secara efektif.
Atmosfer tak terarah memiliki empat kualitas :
1.      Guru menunjukkan kehangatan dan keakraban serta tanggap terhadap semua tindakan siswa.
2.      Model ini membolehkan hal apa pun yang ada sangkut pautnya dengan pengungkapan perasaan.
3.      Siswa memiliki kebebasan penuh untuk mengungkapkan perasaannya secara simbolik
4.      Hubungan tersebut terbebas dari hal-hal yang berbau paksaan dan tekanan.

·         Membimbing
Baik siswa maupun guru sama-sama memiliki tanggungjawab dalam sebuah diskusi. Namun sering kali, guru haruslah membuat semacam respons-respons ‘bimbingan’ (lead taking) untuk mengarahkan atau mempertahankan percakapan. Responlead-taking ini menyangkut pertanyaan yang diberikan guru dan juga sangat membantu dalam memulai diskusi. Menentukan petunjuk dengan gaya terbuka atau memberikan beberapa pedoman mengenai materi yang harus didiskusikan siswa, baik secara khusus maupun secara umum.
3.      Model Pengajaran
Untuk menguasai pengajaran tidak terarah, guru harus mempelajari prinsip umum, berusaha meningkatkan sensitivitas siswa terhadap orang lain, menguasai skill tidak terarah lalu mempraktikannya dalam interaksi dengan siswa, memberikan respons terhadap siswa, serta menggunakan skill yang telah tergambar dari repertoar teknik-teknik konseling tidak terarah.
4.      Struktur Pengajaran
Ada beberapa tahap dalam hal ini yaitu diantaranya:
1.      Menjabarkan keadaan yang membutuhkan bantuan guru dalam mendorong adanya pengungkapan perasaan yang bebas.
2.      Mengeksplorasi masalah
Siswa didorong untuk menjabarkan masalah
Guru menerima dan menjelaskan perasaan
3.      Mengembangkan wawasan
Siswa mendiskusikan masalah
Guru mendukung siswa
4.      Merencanakan dan membuat keputusan
Siswa merencanakan proses awal dalam pembuatan keputusan
Guru memperjelas keputusan yang mungkin akan diambil
5.      Keterpaduan
Siswa mendapat wawasan lebih dalam dan mengembangkan tindakan yang lebih positif
Guru bertindak sebagai supporter
Hal yang sangat penting dalam hal ini adalah pemahaman siswa bahwa dirinya memiliki tanggungjawab pada dampak/pengaruh yang akan mereka rasakan dari pada tak berdaya mengatasi masalah-masalah  yang dating dari luar.
·         Sistem sosial
Sistem social dalam strategi tak terarah mengharuskan guru berperan sebagai fasilitator atau reflektor. Ganjaran (reward) hukuman (punishment) tidak diterapkan dalam strategi ini. Reward merupakan hal instrinsik yang meliputi penerimaan, empati, dan pengertian dari guru.
·         Peran/Tugas Guru
Guru menjangkau siswa, berempati, bertindak untuk membantu siswa menjabarkan masalah, dan bertindak untuk mencapai solusi-solusi.
·         SistemPendukung
Guru membutuhkan tempat yang tenang dan privat untuk mengadakan kontak empat mata, pusat sumber daya untuk berkonferensi dan berdiskusi mengenai kontrak-kontrak akademik.
Ringkasan Bab 15:    Mengembangkan Konsep Diri yang Positif
Mengenai peerkembangan manusia dibidang pendidikan ada 3 hal yang  harus diperhatikan dalam proses pembelajaran. Pertama, model pembelajaran yang dikembangkan akan berpengaruh terhadap bagaimana siswa merespon lingkungan pembelajarannya yang berbeda-beda sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan akademiknya. Kedua, skill dan keterampilan yang dikembangkan siswa khususnya keterampilan bagaimana siswa mengembangkan strategi pembelajarannya. Ketiga, iklim sosial yaitu berkaitan dengan bagaimana siswa menghargai dirinya sendiri, berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana cara siswa belajar. Dalam  perkembangan manusia di bidang pendidikan tidak hanya mengenai konten akademik saja, melainkan konten sosial juga sangat berpengaruh didalam perkembangan manusia di bidang pendidikan. Jadi, bab ini membahas elemen dasar terpenting dalam pendidikan secara konseptual. Kondisi-kondisi pertumbuhan yang berasal dari proses pendidikan.
1.      Perbedaan-perbedaan Individu
Bagaimana kita berpikir mengenai perbedaan individu dalam pertumbuhan, khusunya dalam kesiapan untuk tumbuh berkembang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menganalisis perbedaan-perbedaan individu. Beberapa diantaranya adalah gaya pembelajaran anak-anak. Model ini juga dapat diterapkan kepada orang dewasa. Teori tersebut berusaha menggambarkan perbedaan anak-anak dan orang dewasa sebagai (sama-sama) pembelajar. Lalu, teori konseptual adalah keterampilan untuk memiliki kompetensi dalam menggunakan skill dan strategi pengajaran.
2.      Konsep tentang Kondisi Pertumbuhan
Suatu penelitian dibuat untuk menciptakan kesempatan adanya pertumbuhan yang dialami oleh guru dalam sekolah yang menjadi lingkungannya. Selain adanya  sistem dukungan formal (kursus, seminar, dll), interaksi teman sebaya juga dicermati dan diuji. Karena merupakan aspek kehidupan personal yang mungkin saja memiliki implikasi terhadap pertumbuhan profesional. Interaksi tersebut dapat diistilahkan sebagai ranah formal, peer generated, dan personal. Fokus kajiannya yaitu dinamika interaksi individu dengan lingkungan. Perbedaan-perbedaan dalam aktivitas akan menjadi fungsi/tugas pembawaan pribadi untuk berinteraksi secara produktif dengan lingkungan.
3.      Ranah-ranah Formal, Peer-Generated, dan Pribadi
Kesempatan-kesempatan pengembangan staf formal seperti guru aktif dalam seminar atau presentasi untuk meningkatkan perkembangan profesionalitas. Kesempatan tumbuh bersama peer-generated. Ranah pribadi, biasanya setiap guru memiliki aktivitas yang berbeda dengan guru yang lain.
4.      Kondisi-kondisi Pertumbuhan
Semakin aktif seseorang dalam profesi yang dijalaninya, maka ia juga akan semakin aktif dalam kepribadiannya.  Perbedaan-perbedaan dalam level-level aktivitas telah dihasilkan oleh orientasi-orientasi individu terhadap lingkungan mereka, lalu diperlunak oleh pengaruh sosial.  Orientasi terhadap lingkungan disini maksudnya tingkatan lingkungan seperti apa yang dipandang sebagai kesempatan dalam memperoleh pertumbuhan yang memuaskan. Orang yang aktif akan memandang lingkungannya sebagai adanya kemungkinan-kemungkinan interaksi yang memuaskan. Sedangkan orang yang kurang aktif justru kurang menyadari kemungkinan tersebut. Lalu, pengaruh sosial seperti sahabat dekat dan kolega, serta iklim sosial dalam tempat kerja dan kehidupan juga dapat mengantarkan ke pertumbuhan aktif.
5.      Tingkatan-tingkatan Aktivitas
Di bawah ini akan disajikan prototip-prototip untuk menjelaskan perilaku
·         A gourment omnivore (orang mempunyai keinginan yang sangat besar terhadap sesuatu)
Protototip yang dibicarakan di sini adalah orang dewasa yang telah menelusuri lingkungan-lingkungan pembelajaran dan berhasil mengeksploitasinya.
·         A passive consumer (seorang pemakai yang pasif)
Karakteritik pemakai pasif adalah keramahan mereka yang kurang terhadap lingkungan dan adanya ketergantungan yang tinggi terhadap konteks sosial terdekat. Dengan kata lain, tingat aktivitas mereka sangat dipengaruhi oleh siapa yang hidup bersama mereka.
·         A recitent consumer (pemakai yang segan)
Dari pemakai pasif yang relatif memiliki sikap ramah, namun beberapa dari mereka telah mengembangkan energi ynag sebenarnya dapat menunda kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang. Biasanya orang-orang tersebut disebut pemakai yang segan yaitu mereka telah memiliki sebuah tujuan/orientasi namun enggan berinteraksi secara positif dengan budaya di lingkungan mereka. Pemakai yang segan tidaklah terpengaruh oleh konteks sosial yang instan.

6.      Struktur Konseptual, Konsep Diri, dan Pertumbuhan
Teori sistem konseptual mendeskripsikan manusia menurut struktur konsep-konsep yang mereka gunakan untuk mengolah informasi mengenai dunia secara luas. Tetapi terkadang manusia menggunakan sedikit konsep untuk mengolah dunia mereka. Sehingga mereka seringkali memandang orang-orang dan peristiwa-peristiwa menurut persepsi benar atau salah. Dalam tingkat perkembangan yang lebih tinggi, orang mengembangkann kemampuan yang lebih hebat dalam memadukan informasi baru, tidak berpikiran miopi, dan bisa bertoleran dengan pandangan lain yang berbeda.
Konsep diri yang kuat harus dibarengi dengan perilaku aktualisasi diri, suatu capaian menuju lingkungan dengan kepercayaan diri yang kuat bahwa interaksi yang terjadi akan produktif. Omnivor adalah mereka yang menerapkan konsep aktualisasi diri. Sedang pemakai yang pasif merasa memiliki kompetensi namun masih bergantung pada lingkungan untuk memperoleh kesempatan agar bisa produktif. Lalu, pemakai yang segan merasa bahwa mereka hidup di tengah dunia yang menakutkan dan rawan masalah.
Berangkat dari teori pertumbuhan konseptual dan konsep diri yang membantu kita memahami diri kita sendiri, khusunya saat merencanakan dan melaksanakan program-program yang berorientasi perkembangan membantu kita mengerti alasan mengapa orang merespon apa yang mereka lakukan dan memberikan dasar untuk mencipatakan lingkungan yang produktif. Pada intinya, pemakai pasif dan enggan tidak bisa mencapai titik penerapan dalam semua iklim organisasi, iklim tersebut hanya bisa dimanfaatkan oleh pemakai aktif dan omnivor.
7.      Mengembangkan Kondisi Pertumbuhan yang Lebih Kaya
Pengaruh yang utama terhadap siswa kita adalah apa yang kita peragakan. Jika kita meragakan kepasifan, berarti kita menyuruh siswa kita bersikap pasif. Dan sebaliknya. Hal terpenting adalah kita harus bisa menggapainya dengan mengembangkan aktivitas-aktivitas linear saat kita menekan dan memaksa diri untuk bisa menjadi lebih kaya dan istimewa dalam hal pengajaran.


Ringkasan bab 16:    Belajar Cara Belajar dari Pembelajaran Menguasai
Pembelajaran menguasai masalah kerangka berpikir dalam merencanakan rangkaian instruksional, yang dirumuskan oleh John B. Carrol (1971) dan Benjamin Bloom (1971).
1.      Konsep tentang Bakat
      Umumnya, bakat dianggap sebagai karakteristik yang berhubungan erat dengan prestasi siswa. Namun, Carrol memandang bakat sebagai jumlah waktu yang dihabiskan seseorang untuk mempelajari materi dan bukan merupakan kapasitas seseorang dalam menguasai materi tersebut. Siswa yang punya bakat rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bias menguasai materi tertentu disbanding siswa yang memiliki bakat lebih tinggi. Bakat juga mengisyaratkan metode-metode dalam memberikan instruksi. Menurut Carrol, tingkat pembelajaran yang dicapai seorang siswa akan sesuai dengan waktu yang dihabiskan, ketekunan siswa, kualitas instruksional, kemampuan dalam memahami instruksi, dan bakat siswa sendiri. Bloom mentransformasi pandangan Carrol kedalam suatusi system dengan karakteristik-karakteristik berikut ini:
1.      Penguasaan terhadap suatu materi pembelajaran.
2.      Materi yang lebih luas kemudian dibagi ke dalam seperangkat unit pembelajaran yang relative kecil.
3.      Pembelajaran materi-materi kemudian diidentifikasi dan strategi instruksional dipilih.
4.      Setiap unit dibarengi dengan tes diagnostik yang mengukur kemajuan perkembangan siswa dan mengidentifikasi masalah yang sedang dialami siswa.
5.      Data yang diperoleh dari pengolahan tes-tes tersebut digunakan untuk menyiapkan intstruksi tambahan pada siswa untuk mengatasi masalah.
Bloom percaya, bahwa waktu pembelajaran dapat disesuaikan dengan bakat yang dimiliki siswa, kemajuan dari seluruh aktivitas yang mereka lakukan dapat dipantau oleh guru melalui bantuan tes yang diberikan.
2.      Pengajaran yang Diberikan Secara Individual
      Instruksi individual ini bias diterapkan oleh guru dengan mengubah prosedur instruksi kelompok yang tradisional untuk menerima instruksi pribadi yang sesuai dengan hasil evaluasi formatif mereka. (Carrol, 1971, hlm. 37-41). Namun begitu, teknologi instruksi modern, khususnya perkembangan unit multimedia dan aplikasi prosedur pembelajaran terprogram, telah mendorong para pengembangan kurikulum untuk menemukan system kurikulum yang komperhensif.
      Salah satu contoh yang penting dan utama dari aplikasi system perencanaan bagi sekolah dasar maupun sekolah lanjutan adalah IPI. Dalam IPI, siswa biasanya bekerja secara mandiri pada materi yang diberikan tiap hari pada mereka, berdasarkan tingkat kompetensi yang ditunjukkan, gaya pembelajaran, dan kebutuhan khusus dalam pembelajaran.
3.      Langkah-Langkah dalam Program
      IPI menggambarkan satuan kurikulum yang dikembangkan dengan cara menerapkan prosedur system analisis menjadi perkembangan materi kurikulum. Masing-masing langkah tersebut merefleksikan cara kerja dalam model ini. Sistem tersebut dirancang untuk:
1.      Memudahkan setiap siswa untuk bekerja sesuai dengan rating mereka melalui unit-unit pelajaran yang ada dalam rangkaian pembelajaran.
2.      Mengembangkan level penguasaan yang dimiliki masing-masing siswa.
3.      Mengembangkan inisiatif diri dan arah diri dalam pembelajaran.
4.      Melatih proses-proses dalam menangani masalah-masalah.
5.      Mendorong evaluasi diri dan motivasi untuk belajar. (LindvalldanBolvin, 1966)
      Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran yang terkait adalah sebagai berikut:
1.      Satuhal yang membedakan antara satu orang dengan orang lain adalah jumlah waktu dan praktek.
2.      Satu aspek penting dalam menghadapi perbedaan-perbedaan individu adalah menyusun dan menciptakan kondisi sekondusif mungkin.
3.      Jika sekolah memiliki jenis materi pelajaran sebelumnya, bias belajar dengan jumlah unit yang minimum dari instruksi langsung yang diberikan guru.
4.      Saat bekerja melalui unit-unit instruksional, siswa tidak boleh memulai kerjanya pada sebuah unit yang baru.
5.      Jika siswa diizinkan dan didorong untuk menjalani proses dalam rating individu, maka hal yang harus diperhatikan bagi siswa maupun guru adalah program yang memberikan evaluasi periodic terhadap perkembangan dan kemajuan siswa.
6.      Guru yang professional dan terlatih menampakkan performa yang lebih produktif saat mengajar, saat mendiagnosis kebutuhan siswa, dan merencanakan program instruksional.
7.      Setiap siswa dapat membuat dugaan yang lebih bertanggungjawab dalam merencanakan dan menjalankan program belajarnya.
8.      Proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
      Kemudian, model pelaksanaan dianalisis ke dalam sasaran perilaku yang teratur dan berturut-turut. IPI percaya bahwa pendaftaran yang demikian adalah sangat penting bagi aspek lain dalam sebuah program dan harus memiliki karakteristik sebagai berikut.
a.       Masing-masing sasaran memaparkan apa yang harus dikuasai siswa dari beberapa materi dan skill tertentu.
b.      Sasaran harus dikelompokkan dalam sebuah aliran materi yang bernilai.
c.       Dalam setiap bidang.
d.      Dalam urutan sasarana  di setiap bidang.

3.      Catatan Mengenai Instruksi Terprogram
      Ada banyak program pembelajaran penguasaan yang menggunakan instruksi terprogram. Instruksi ini merupakan salah satu aplikasi yang dilakukan secara langsung dan diilhami dari tulisan Skinner. Konsep yang digagas Skinner ini mengalami beberapa kali perubahan,  namun ada tiga gagasan yang masih dipertahankan dan digunakan secara luas: (1) rangkaian objek-objek yang berurutan; (2) respons siswa; (3) pembekalan untuk mengonfirmasi renspon langsung.
      Penelitian mutakhir mengenai instruksi yang terprogram menunjukkan bahwa penyimpangan cukup berpengaruh dari esensi instruksi. Kendati begitu, program instruksi diri yang diarahkan pada siswa yang menerima materi serupa tidaklah dipandang cukup oleh beberapa pendidik. Didasari cirri khas siswa yang begitu berbeda dalam menyerap informasi, ketidakpuasan ini kemudian menuntun munculnya program “pencabangan”. Gagasan program ini adalah bahwa siswa yang lambat menyerap informasi dan tidak bias memberikan respons yang tepat mungkin membutuhkan informasi tambahan atau review. Siswa yang telah mahir dan mudah menerima informasi bias lebih mudah memanfaatkan materi tambahan dan materi  yang lebih sulit. Program pencabangan ini dapat mengarahkan siswa pada materi yang sesuai dengan jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan yang diajukan padanya. Dengan demikian, program ini secara otomatis akan mengarahkan siswa pada bagian yang sesuai dengan pilihan respons dan kemampuannya.
      Instruksi yang terprogram telah berhasil diterapkan dalam beragam materi pelajaran, teknik ini senyatanya juga bias diaplikasikan dalam beberapa aspek penting. Beberapa program tertentu telah berhasil menuntun siswa untuk menemukan konsep baru dan menggunakan format reminisensi berpikir induktif. Yang membedakan antara instruksi yang terprogram dengan buku-buku tradisional yang digunakan guru yaitu hal yang ditekankan adalah praktek bukan aspek perilaku melalui rangkaian materi yang disusun secara seksama.
4.      Simpulan
      Pembelajaran menguasai adalah metode yang lurus, optimistik, dan jelas. Merancang system pembelajaran menguasai ini membutuhkan pengembangan yang hati-hati, tetapi tetap dalam iklim positif, system ini secara langsung mendekati beberapa masalah pembelajaran yang mengganggu atau mengusik instruksi yang dijalankan guru. Sistem ini juga menempatkan guru dalam sebuah peran yang mendorong dan membantu siswa serta memiliki pengaruh positif terhadap pengahargaan diri siswa itu sendiri.

3.     

No comments:

Post a Comment

CONTOH SURAT LAMARAN PEKERJAAN

  Bogor , 08 Desember 2020 Hal                   : Lamaran Pekerjaan Lampiran          : 1 Berkas   Kepada Yth. .....................